Rabu, 17 Agustus 2016



Siapa bilang pertemuan bisa membunuh rasa rindu? Justru dengan bertemu kau akan merasakan kerinduan yang bercabang dan berlipat-lipat setelah mengalami perpisahan kembali. Aku pernah mengatakan bahwa memang tidak ada obat yang akan kau temui di apotek manapun karena hanya temu yang bisa mengobati rasa rindu itu.
Namun, disaat yang bersamaan pertemuan itu membahagiakan juga diam-diam menikammu. Memberikan rasa bahagia karena mimpimu menjadi kenyataan namun  juga sesak dalam jiwa karena kau menyadari mimpi itu terjadi hanya dalam sekejap. Adakah rasa yang lebih sengsara dari itu? Seolah-olah kau berubah menjadi seseorang yang mempunyai dua kepribadian. Kau harus siap memeras air mata mu lebih dalam lagi karena lipatan rindu yang meliuk-liuk, namun tetap saja senyuman itu terukir dalam wajahmu yang telah lama kau nanti.
Aku pernah mengenal seseorang yang menjadi pengukir senyuman setelah bertahun-tahun ku merindukan seseorang yang tak pernah ku jamah dengan mata ini terlalu lama, namun selalu aku berbincangkan dengan sang Pencipta.
Seseorang dengan angan-angan yang membawa ku ke dunia fantasi bernama mimpi hingga saat ini. Aku terjebak dalam mimpi ku, tapi justru pengukir senyum itu menggenggam mimpi nya menuju langit dan diharapkan oleh semua penghuni bumi agar ia tetap membumi. Ku biarkan mimpi itu menggelantung dalam ingatanku, berkeliaran begitu saja, hingga akhirnya ku simpan dalam sebuah dunia bernama kenangan.
Hingga hari itu Tuhan membawa langkah ku menuju pertemuan yang bahkan aku sudah menjauh dari harapan tentang pertemuan. Aku sempat lupa bahwa pertemuan itu bukan berarti aku boleh menaruh harapan kembali. Disini lah letak kegelisahan saat aku melihat punggung pengukir senyum itu menyapaku untuk yang terakhir kali sebelum tubuhnya tak menyisakan bayangan. Aku seperti bermimpi. Tapi itu nyata.
Entah harus berapa lama lagi aku menunggu hingga pengukir senyum itu tak pernah menyirnakan senyum yang telah ia torehkan di wajahku. Namun, sekali lagi pertemuan itu adalah perpisahan. Dan perpisahan itu adalah pertemuan. Demikian aku percaya dengan kalimat sekaligus nasehat untuk diriku sendiri dari penulis yang menjabarkan tentang sebuah Pertemuan “ Barangkali pertemuan adalah hadiah atas kesabaranku menata rindu Seperti hadiah Tuhan pada Ibrahim atas keihkhlasannya melepas Ismail untuk-Nya. Barangkali begitulah hadiah sebuah keikhlasan. Maka berhentilah berharap apa-apa pada pertemuan singkatmu itu. Karena bisa jadi, selain hadiah, pertemuan sebenarnya adalah ujian terindah Tuhan untukmu “