Siapa bilang pertemuan
bisa membunuh rasa rindu? Justru dengan bertemu kau akan merasakan kerinduan
yang bercabang dan berlipat-lipat setelah mengalami perpisahan kembali. Aku
pernah mengatakan bahwa memang tidak ada obat yang akan kau temui di apotek manapun
karena hanya temu yang bisa mengobati rasa rindu itu.
Namun, disaat yang
bersamaan pertemuan itu membahagiakan juga diam-diam menikammu. Memberikan rasa
bahagia karena mimpimu menjadi kenyataan namun juga sesak dalam jiwa karena kau menyadari
mimpi itu terjadi hanya dalam sekejap. Adakah rasa yang lebih sengsara dari
itu? Seolah-olah kau berubah menjadi seseorang yang mempunyai dua kepribadian.
Kau harus siap memeras air mata mu lebih dalam lagi karena lipatan rindu yang
meliuk-liuk, namun tetap saja senyuman itu terukir dalam wajahmu yang telah
lama kau nanti.
Aku pernah mengenal
seseorang yang menjadi pengukir senyuman setelah bertahun-tahun ku merindukan
seseorang yang tak pernah ku jamah dengan mata ini terlalu lama, namun selalu
aku berbincangkan dengan sang Pencipta.
Seseorang dengan
angan-angan yang membawa ku ke dunia fantasi bernama mimpi hingga saat ini. Aku
terjebak dalam mimpi ku, tapi justru pengukir senyum itu menggenggam mimpi nya
menuju langit dan diharapkan oleh semua penghuni bumi agar ia tetap membumi. Ku
biarkan mimpi itu menggelantung dalam ingatanku, berkeliaran begitu saja,
hingga akhirnya ku simpan dalam sebuah dunia bernama kenangan.
Hingga hari itu Tuhan
membawa langkah ku menuju pertemuan yang bahkan aku sudah menjauh dari harapan
tentang pertemuan. Aku sempat lupa bahwa pertemuan itu bukan berarti aku boleh
menaruh harapan kembali. Disini lah letak kegelisahan saat aku melihat punggung
pengukir senyum itu menyapaku untuk yang terakhir kali sebelum tubuhnya tak
menyisakan bayangan. Aku seperti bermimpi. Tapi itu nyata.
Entah harus berapa lama
lagi aku menunggu hingga pengukir senyum itu tak pernah menyirnakan senyum yang
telah ia torehkan di wajahku. Namun, sekali lagi pertemuan itu adalah
perpisahan. Dan perpisahan itu adalah pertemuan. Demikian aku percaya dengan
kalimat sekaligus nasehat untuk diriku sendiri dari penulis yang menjabarkan
tentang sebuah Pertemuan “ Barangkali pertemuan adalah hadiah atas kesabaranku
menata rindu Seperti hadiah Tuhan pada Ibrahim atas keihkhlasannya melepas
Ismail untuk-Nya. Barangkali begitulah hadiah sebuah keikhlasan. Maka
berhentilah berharap apa-apa pada pertemuan singkatmu itu. Karena bisa jadi,
selain hadiah, pertemuan sebenarnya adalah ujian terindah Tuhan untukmu “